PADANG -- Peristiwa Bela Negara yang terjadi di Sumatera Barat (Sumbar) merupakan berdirinya Pemerintahan Drarurat Republik Indonesia (PDRI) pada tanggal 19 Desember 1948 yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat. Ketika itu pemimpin Indonesia, Sukarno dan Hatta ditangkap Belanda dan memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan sementara.
Saat itu, Belanda mengatakan Indonesia sudah tamat. Pada saat itulah PDRI mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam rangka bela negara. Hal ini disampaikan oleh Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah saat menjadi Inspektur Upacara pada Peringatan Hari Bela Negara Ke-74 Tahun 2022 berpusat di lapangan GOR Agus Salim Padang, Senin (19 /12/2022).
Dalam sambutannya Gubernur Mahyeldi menyampaikan pada waktu itulah masyarakat Sumbar hadir membela NKRI dengan PDRI menyelamatkan Republik Indonesia.
"Ini membuktikan masyarakat Sumbar sangat mendukung NKRI. NKRI harga mati bagi masyarakat Sumbar," kata Gubernur Sumbar. "Kita hadir hari ini adalah wujud penghormatan atas perjuangan pendirian PDRI di tengah ancaman Agresi Militer Belanda II, PDRI menegaskan bahwa Indonesia Masih Ada," ucapnya.
Oleh karena itu, Mahyeldi mengajak masyarakat Sumbar untuk selalu mengenang PDRI, agar semangat untuk mempertahankan bangsa ini akan selalu berkobar di dada anak bangsa, terutama sekali di Sumatra Barat sebagai daerah basis utama berdirinya PDRI pada 1948 silam.
"Walaupun perjuangan PDRI ini relatif singkat, yaitu sekitar 270 hari, tetapi PDRI adalah penyambung nyawa bagi NKRI. Sehingga, kita sebagai bangsa tetap terpelihara dalam satu kesatuan yang utuh hingga hari ini," terangnya.
Gubernur Sumbar menjelaskan Bela negara merupakan sebuah konsep yang disusun untuk mengatur tentang patriotisme mempertahankan kedaulatan NKRI. Setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam melakukan pembelaan negara.
"Bela negara merupakan wujud kecintaan kepada tanah air. Untuk itu, Hari Bela Negara menjadi momentum untuk meningkatkan rasa kepedulian, kecintaan, dan rasa memiliki terhadap Indonesia," ungkapnya.
Untuk melakukan bela negara, tidak harus mengokang senjata dan melakukan pertempuran secara fisik. Tetapi turut membangun kondisi aman dan tentram serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi beberapa cara lain melakukan bela negara. Selanjutnya, Gubernur Sumbar juga menjelaskan perjuangan Buya M. Natsir, khususnya dalam menjaga, menyelamatkan dan mensukseskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Beliau telah menyelamatkan cita-cita Indonesia Merdeka menjadi NKRI, karena sebelumnya sudah dipecah Belanda menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Pak Natsir memperjuangkan untuk kembali kepada cita-cita awal Indonesia Merdeka. Yaitu, menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia," terang Mahyeldi.
Bahkan, pada saat M. Natsir menjadi Perdana Menteri (1950) I di era NKRI jugalah Republik Indonesia resmi diterima menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa secara penuh. Sehingga Republik Indonesia diterima secara resmi oleh masyarakat dunia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, seperti negara-negara merdeka lainnya.
"Mari kita teladani perjuangan M. Natsir yang berjasa mengembalikan RIS menjadi NKRI dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, semangat toleran, inklusif, dan moderat tanpa membekan agama, suku, adat serta lainnya," sebutnya.
NKRI Harga Mati! Fakta mensejarah ini harusnya tidak dilupakan apalagi dihilangkan dari memori ingatan bangsa Indonesia. Upacara Hari Bela Negara tersebut diikuti oleh seluruh jajaran pegawai Pemprov Sumbar, TNI, Polri, Mahasiswa dan Pelajar yang ada di Kota Padang.
Admin.